Senin, 21 April 2014

MENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN PADI

Sumber Gambar: www.google.com
Bayangkan apa yang dapat terjadi bila tanaman padi sawah, padi ladang, atau ladang jagung tidak disiangi. Dalam waktu singkat, berbagai jenis rumput dan tumbuhan berdaun lebar akan tumbuh lebih tinggi dan kemudian menutupi tajuk tanaman. Jika penyiangan dilakukan terlambat maka pada saat panen dapat dipastikan hasil yang diperoleh tidak akan sebanyak hasil yang diperoleh bila dilakukan penyiangan tepat waktu. Selain mengurangi kuantitas dan kualitas hasil, gulma juga dapat bertindak sebagai inang bagi hama dan penyakit. Kehilangan hasil dikarenakan persaingan gulma sebesar 10-20%
Gulma umumnya disiangi oleh petani secara manual, yaitu dengan menggunakan tangan maupun kaki, dengan atau tanpa alat bantu. Cara ini tentu saja banyak membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga, terutama bagi petani di luar Pulau Jawa yang lahannya relatif lebih luas. Lain halnya di Pulau Jawa yang tenaga penyiang sukar didapat akibat tersedotnya tenaga kerja ke kota dan semakin kompleks dikarenakan waktu tanam yang serempak membutuhkan waktu penyiangan yang relatif serempak pula. Penyebab inilah yang akhirnya mendorong petani mengendalikan gulma secara kimiawi dengan menggunakan herbisida.
Setiap tanaman mempunyai periode kritis dalam persingannya dengan gulma. Hal ini dapat ditentukan berdasarkan fase pertumbuhan tanaman tersebut yang umumnya periode kritis tersebut sejak tanaman tumbuh hingga ¼ -1/3 pertama dari siklus hidup tanaman. Pada padi,periode kritis persaingan dengan gulma hinga tanaman berumur 40 hari pertama dari siklusnya. Penggunaan herbisida sebaiknya lebih banyak dilakukan di periode kritis tersebut. Terdapat dua tipe herbisida menurut aplikasinya: herbisida pratumbuh (preemergence herbicide) dengan cara disebarkan pada lahan setelah diolah namun sebelum benih ditebar (atau segera setelah benih ditebar). Biasanya herbisida jenis ini bersifat nonselektif yang berarti membunuh semua tumbuhan yang ada. Jenis herbisida lainnya adalah herbisida pascatumbuh (postemergence herbicide) yang diberikan setelah benih memunculkan daun pertamanya. Herbisida jenis ini harus selektif, dalam arti tidak mengganggu tumbuhan pokoknya. Jenis gulma rumput adalah spesies yang sulit dikendalikan dikarenakan mempunyai sifat yang hampir sama dengan tanaman padi. Herbisida dengan bahan aktif butaklor, oksadiason, klometoksinil, pretilaktor dan kuinklorak diyakakini mampu mengendalikan gulma rumput. Herbisida fenoksi efektif mengendalikan gulma berdaun lebar dan teki.
Penggunaan herbisida menuai kritik karena menyebarkan bahan kimia yang berbahaya bagi tumbuhan bukan sasaran. Meskipun sebagian besar herbisida masa kini tidak berbahaya bagi manusia dan hewan, herbisida yang tersebar (karena terbawa angin atau terhanyut air) berpotensi mengganggu pertumbuhan tumbuhan lainnya. Karena itu, herbisida masa kini dibuat supaya mudah terurai oleh mikroorganisme di tanah atau air. Masalah lainnya adalah petani cenderung membeli herbisida yang harganya murah, seperti 2,4 D. Hal tersebut menyebabkan tidak ada pergiliran pemakaian bahan aktif herbisida yang berbeda. Prinsip pergiliran tersebut perlu diperhatikan untuk mencegah dominasi dan peledakan spesies gulma tertentu, atau terjadinya resurjensi dan munculnya spesies gulma baru. Pengamatan lapangan di sepanjang persawahan pantai utara pula Jawa, didapatkan gejala pergeseran dominasi gulma, yaitu gulma berdaun lebar dan teki digantikan oleh gulma rumput dan teki yang tidak merupakan gulma sasaran herbisida tersebut. Hal ini berarti ada gejala pembentukan spesies gulma biotipe baru yang resisten terhadap herbisida 2,4 D. Pengendalian gulma secara langsung yang cukup efektif adalah penggunaan peralatan mesin pengendali gulma.
Joko Pitoyo, Perekayasa dari Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian telah mencoba mengembangkan mesin penyiang gulma bermotor (power weeder) untuk padi sawah. Mesin ini adalah mesin penyiang gulma padi sawah dengan dua baris tanaman sejajar. Spesifikasi mesin penyiang ini adalah tipe berjalan/walking, menggunakan bahan bakar bensin, mesin 2 tak dengan tenaga 2 PK. Lebar kerja 2 baris untuk jarak tanam 20 cm atau 25 cm, dapat digunakan untuk kegiatan penyiangan padi sawah sampai umur 40 hari.
Keunggulan mesin penyiang ini tiga kali lebih besar dibandingkan alat penyiang manual/gasrok, sehingga dapat menekan biaya penyiangan. Kemampuan kerja 15 jam/ha untuk satu arah atau 27 jam/ha untuk 2 arah. Berat alat termasuk mesin adalah 21 kg, tergolong ringan, mudah dioperasionalkan oleh satu orang operator. Alat ini telah memperoleh Status Perlindungan HKI : ID S0001039 dan mesin ini merupakan solusi dari aspek tenaga kerja, menekan ongkos kerja penyiangan, dan mempercepat pekerjaan. Alat penyiang ini sangat prospektif untuk dikembangkan oleh kalangan industri alsin pertanian dalam rangka pencapaian swasembada beras.
Sumber :
http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi_2009_itp_10.pdf
http://bpatp.litbang.deptan.go.id
http://himproagro.wordpress.com/2009/01/28/perilaku-herbisida-pada-tanah...
Penyusun:
Ume Humaedah (Penyuluh Pertanian Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
emai: ume_humaedah@yahoo.com

Minggu, 13 April 2014


SINOPSIS

JUDUL : PERSEMAIAN PADI SAWAH
Penetapan Lokasi  / Tempat Persemaian
Syarat Tempat
v  Lahan rata mudah untuk memberi dan membuang air, tidak ternaungi dan jauh dari lampu
v  Luas tempat pesemaian 4 % atau 1/25 dari luas sawah yang akan ditanami
Menentukan Kebutuhan Benih
Faktor pertimbangan dalam menentukan kebutuhan benih adalah sebagai berikut:
1). Luas lahan yang akan ditanami
2). Sistim tanam
3). Jarak tanam yang digunakan
4). Jumlah tanam per rumpun
5). Berat benih per 1000 butir
6). Daya kecambah
7). Jumlah benih Cadangan (%)

Kebutuhan benih per Ha
                             Kebutuhan benih untuk penanaman padi sawah umumnya berkisar antara 25 - 30 kg / Ha, Kebutuhan benih untuk penanaman padi dengan Metode SRI adalah 7 kg / ha
a.  Pesemaian Secara Basah
§  Bajak tanah hingga melumpur dengan baik
§  Lebar pesemaian 1 - 1,2 m dan panjang sesuai petakan. antara 10-20 m
§  Penambahan pupuk kandang atau bokashi sebanyak 2 kg/m2 untuk mengemburkan tanah untuk  memudahkan pencabutan benih/bibit dan mengurangi kerusakan bibit dan akar.
§  Sebar benih yang telah direndam, ditiriskan dan diperam secara merata diatas bedeng pesemaian dengan kerapatan 60 gram benih ( 1 gemgam) per 1 M2 .
§  Untuk memperoleh benih yang baik tambahan 10-20 g Urea/m2 pada pertanaman berumur 5 - 7 hss.








b.  Pesemaian Secara Kering
Pesemaian secara kering biasa dilakukan untuk pengembangan padi secara Sistem
of Rice Intensifikation (SRI).
Langkah kegiatannya sebagai berikut :
§  Menyiapkan media tumbuh
Campurkan tanah : kompos dan abu sekam dengan perbandingan: 75% tanah,
20-25 % kompos dan 5-10 % abu sekam. Aduk hingga rata. Masukan campuran tanah secara merata dengan ketebalan 5 -10 cm ke dalam nampan plastik yang telah dilubangi pada bagian bawahnya. 
                               Taburkan benih secara merata dipermukaan persemaian dengan kerapatan 60 gr atau 1 genggam per M2




Bunga Tanjung,      Agustus 2013
Penyuluh


IRAWAN MARZUKI,A.Md
NIP.197808012010011013

Kamis, 20 Maret 2014

BUDIDAYA PADI SAWAH SISTEM JAJAR LEGOWO

BUDIDAYA PADI SAWAH SISTEM JAJAR LEGOWO

Cara tanam padi jajar legowo merupakan salah satu teknik produksi yang memungkinkan tanaman padi dapat menghasilkan produksi yang cukup tinggi serta memberikan kemudahan dalam aplikasi pupuk dan pengendalian organisme pengganggu tanaman.
Padi yang merupakan tanaman pangan utama penduduk, sebagian besar diproduksi di lahan sawah. Belum optimalnya produktivitas padi lahan sawah antara lain karena serangan hama, penyakit dan gulma. Melalui perbaikan cara tanam padi dengan sitem jajar legowo diharapkan selain dapat meningkatkan produksi, pengendalian organisme pengganggu dan pemupukan mudah dilakukan.
Pengertian
Jajar Legowo 2 : 1 (40 cm x (20 cm x 10 – 15 cm)) adalah salah satu cara tanam pindah sawah yang memberikan ruang (barisan yang tidak ditanami) pada setiap dua barisan tanam, tetapi jarak tanam dalam barisan lebih rapat yaitu 10 cm tergantung dari kesuburan tanahnya.
Pada tanah yang kurang subur kebiasaan petani tanam cara tegel 20 cm x 20 cm, menggunakan jarak tanam dalam barisan 10 cm. Pada tanah dengan kesuburan sedang kebiasaan petani tanam cara tegel 22cm x 22 cm, jarak tanam dalam barisan 12, 5 cm.Pada tanah yang subur 25 cm x 25 cm, jarak tanam dalam barisan 15 cm.
Tujuan
Tujuan dari cara tanam jajar legowo 2 : 1 adalah :
1.            Memamfaatkan radiasi surya bagi tanaman pinggir.
2.            Tanaman relatif aman dari serangan tikus, karena lahan lebih terbuka.
3.            Menekan serangan penyakit karena rendahnya kelembaban dibandingkan dengan cara tanam biasa.
4.            Populasi tanaman bertambah 30 %.
5.            Pemupukan lebih efisien.
6.            Pengendalian hama penyakit dan gulma lebih mudah dilakukan daripada cara tanam biasa.
Teknik Penerapan
a. Pembuatan baris tanam
Lahan sawah yang sudah siap ditanami, 1 – 2 hari sebelum tanam air dibuang sehingga lahan dalam keadaan macak-macak. Tujuan air dihilangkan adalah untuk dapat membentuk garis-garis tanam secara jelas. Dengan menggunakan alat pembuat garis jajar legowo 2 : 1 (Atajale 2 : 1), dibuat garis tanam 40 cm x ( 20 cm x 10 cm) dengan cara menarik atajale pada lahan yang akan ditanami. Arah baris tanam sebaiknya sesuai dengan arah aliran air pegairan.
b. Tanam
Bibit padi umur kurang dari 21 hari sebanyak 1-2 bibit ditanam pada perpotongan garis-garis yang terbentuk, dengan cara maju atau mundur sesuai kebiasaan regu tanam.

Teknik Pemeliharaan Tanaman 
a. Pemupukan
Pemupukan dilakukan secara alur pada tempat yang berjarak 20 cm dan posisi yang memupuk pada tempat yang berjarak 40 cm. Dengan cara ini hanya 40 % dari lahan yang diberi pupuk dan pupuk terkosentrasi sepanjang tempat yang berjarak 20 cm, serta pupuk lebih dekat denga perakaran sehingga dapat dimamfaatkan oleh tanaman secara maksimal.
b. Penyiangan
Pada cara tanam ini penyiangan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan landak/osrok cukup satu arah yaitu searah dalam barisan dan tidak perlu dipotong sepertimpada cara tanam bujur sangkar (2 arah). Jarak tanam dalam barisan 10 cm tidak perlu dilakukan penyiangan karena gulma akan kalah berkompetisi dengan pertumbuhaan tanaman padi. Dengan cara tanam ini, biaya penyiangan dapat di tekan sampai 50 %.
c. Pengendalian Hama dan Penyakit
Adanya lorong-lorong yang berjarak 40 cm sinar matahari dan sirkulasi udara dapat berjalan optimal dan kelembaban dapat ditekan sehingga perkembangan hama/penyakit dapat diminimalisir. Disamping itu, kegiatan pemamtauan dan pelaksanaan pengendalian penyakit dapat lebih mudah dilaksanakan.

Panen dan pasca panen
Penanganan pasca panen merupakan kegiatan utama untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu beras. Dalam prosesnya pasca panen merupakan rangkaian yang luas dan kompleks yang tidak hanya ditentukan oleh masalah tehnis saja tetapi juga melibatkan masalah social dan ekonomi yang menyangkut berbagai sector dan disiplin.
Kehilangan hasil pada tahap perlakuan pasca panen sbb :
No
Tahap perlakuan Kehilangan (%)

1
2
3
4
5
6
 Panen
 Perontokan
 Pengangkutan
 Penjemuran
 Penggilingan
 Penyimpanan
                       9,19
                        4,98
                        0,51
                        1,66
                        2,94
                        0,26


                       Jumlah
19,54


Dari tabel dapat dilihat kehilangan pada panen,perontokan dan penggilingan adalah terbesar.

PANEN
Penentuan saat panen yang tepat didasarkan :
- 85% malai menguning, sebagaian daun bendera telah mongering
- Kerontokan gabah sekitar 25-30%, diukur dengan meremas malai dengan tangan.
- Kadar air mencapai 22-25%
- Umur optimal berkisar 30-35 hari setelah berbunga merata.
Cara –cara panen anjuran :
1. lahan pertanaman dikeringkan dahulu 7-10 hari sebelum panen.
2. panen menggunakan sabit bergerigi, sehingga kapasitas pemanenan dapat dipercepat 20 jam per ha.. Sabit bergerigi 93 jam per Ha per orang sedangkan sabit biasa 113 jam (UGM,1984)
3. cara memotong padi dianjurkan sedekat dengan tanah, hasil panen diletakan diatas wadah/tikar/alas, kemudian dibawa ketempat perontokan dengan menggunakan wadah
PERONTOKAN
Cara perontokan
- menggunakan pedal tresher, menggunakan mesin perontok (power tresher)
PEMBERSIHAN
Pembersihan dilakukan segera setelah perontokan dengan cara :
- pembersihan awal dilakukan disawah dengan menggunakan ayakan dari bambu/kawat agar kotoran atau sisa daun dan batang kasar terbuang. selanjutnya dengan menampi, dianginkan atau menggunakan blower.
- Untuk menekan serendah mungkin perlu menggunakan alas dari tikar, anyaman bambu, karung plastic dsb.
PENGERINGAN
Tempat pengeringan : Alas yang baik dibuat dari semen dan dibuat bergelombang sehingga penyerapan matahari menjadi tinggi, permukaan lebih luas, aur hujan lebih cepat mengalir dan lantai dapat kering.
Cara pengeringan.
dimusim kemarau dilakukan sbb :
- Ketebalasan lapisan gabah 5-7 cm,Setiap 1-2 jam sekali dilakukan pembalikan menggunakan kayu atau bamboo
- Waktu yang dianjurkan jam 07.00 pagi sampai dengan jam 16.00 sore terganyung cahaya matahari.
Dimusim hujan
- gabah dihamparkan dengan ketebalan 2-3 cm,setiap 1-2 jam sekali dilakukan pembalikan, menggunakan kipas atau blower
- sebagai sinar matahari dapat digunakan lampu petromak, bahan baker sekam
 

PENYIMPANAN
Dalam penyimpanan yang perlu diperhatikan : Sifat dan mutu gabah,Kondisi gabah serta Bangunan tempat penyimpanan
Anjuran-anjuran
 
Mutu bahan : gabah yang akan disimpan sebaiknya :
- dalam keadaan kering dengan kadar air maksimal 14%, bersih dari kotoran/gabah hampa maksimum 3 %, menggunakan karung yang baru , bila terpaksa menggunakan karung bekas harus direndam dulu dalam air panas sehingga hama mati dan kemudian dijemur sampai kering.
PENGGILINGAN
mutu dan rendemen beras yang dihasilkan dari penggilingan sangat dipengaruhi berbagai factor antara lain : varietas padi dan perlakuan pra panen, perlakuan pasca panen, macam alat/mesin penggiling gabah.

III KESIMPULAN DAN SARAN
Tehnologi Tanam Padi Hibrida dengan sistim jajar legowo diharapkan menjadi alternative bagi petani untuk meningkatkan produksi tanaman padi guna menyumbang kebutuhan beras nasional.
 
Respon petani terhadap penerapan inovasi tehnologi padi hibrida sangat diperlukan dengan pengawalan dan koordinasi petugas pada semua aspek tehnologi mulai dari penyediaan benih, persemaian, tehnologi budidaya, pengendalian organisme pengganggu tanaman sampai dengan kegiatan panen. Serta didukung tersedianya sarana produksi dengan tepat waktu, tepat jumlah, tepat harga.tepat tempat


ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN PADI

teni


ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN PADI

teni
  1. Analisis Usaha Budidaya
Harga padi yang sangat ditentukan pemerintah menyebabkan petani sering kali
merugi karena modal dasar tidak seimbang dengan harga gabah. Keadaan ini
semakin memburuk dengan dihilangkannya subsidi pupuk. Petani menjual padi ke Bulog dengan harga yang ditentukan pemerintah (saat ini seharga Rp. 2.100-
1.500/kg). Pada saat penen raya, bulog tidak memiliki cukup uang untuk membeli
padi rakyat sehingga menunggak pembayaran ke petani. Keadaan ini sangat
merugikan petani. Budidaya padi untuk mencapai keuntungan yang layak sulit
diwujudkan.
Perkiraan analisis budidaya padi (nasional) permusim panen dengan luas lahan 1
hektar masa tanam tahun 1999. (sumber: Departemen Pertanian)

a)
Biaya produksi

1.
Sewa lahan
Rp.    600.000,-
2.
Bibit: benih 25 kg @ Rp. 3.000,-
Rp.      75.000,-
3.
Pupuk


- Urea: 200 kg @ Rp. 1.115,
Rp.    223.000,-

- ZA: 50 kg @ Rp. 1.000,
Rp.      50.000,-

- SP-35: 100 kg @ Rp. 1.600,
Rp.    160.000,-

- KCl: 75 kg @ Rp. 1.650,
Rp.    123.750,-

- PPC/ZPT
Rp.      64.000,-
4.
Pestisida
Rp.    600.000,-
5.
Tenaga kerja


- Persemaian 5 HOK @ Rp. 8.000,-
Rp.      40.000,-

- Pengolahan tanah dgn mesin 15 HOK @ Rp. 15.000
Rp.    220.000,-

- Menanam 20 HOK @ Rp. 6.000,-
Rp.    120.000,-

- Penyiangan 15 HOK @ Rp. 8.000,-
Rp.    120.000,-

- Pemupukan 9 HOK @ Rp. 8.000,-
Rp.      72.000,-

- Pemberantasan OPT 4 HOK @ Rp. 8.000,-
Rp.      32.000,-
6.
Panen dan pascapanen


- Merontok, keringkan, angkut 72 HOK @ Rp. 8.000,-
Rp.    576.000,-

- Ongos angkut ke pasar
Rp.      26.918,-
7.
Bunga Bank
Rp.    148.037,-

Jumlah biaya produksi
Rp. 2.994.705,-



b)
Pendapatan 4.201 kg (GKG) @ Rp.1.450,-
Rp. 6.091.450,-
c)
Keuntungan
Rp. 3.096.745,-
d)
Parameter kelayakan usaha


1.B/C Ratio
= 1,03








2. Gambaran Peluang Agribisnis

Beras adalah makanan pokok sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi di
dunia. Kebutuhan beras nasional tidak terpenuhi oleh produksi beras dalam negeri
karena itu kita masih selalu mengimpor beras. Pemerintah, pada tahun 1998
mengimpor 3,1 juta ton beras untuk mengantisipasi kebutuhan beras masyarakat.
Dengan memperhatikan hal di atas seharusnya agribisnis padi dapat menarik banyak
para investor. Namun demikiaan, dilain pihak, harga beras sangat ditentukan
pemerintah dan tidak dinamis seperti halnya tanaman hortikultur atau perkebunan
sehingga umumnya petani padi sering merugi. Tanpa perubahan tata niaga beras
dan pengurangan campur tangan pemerintah, agribisnis padi akan tetap tidak
banyak diperhitungkan dan diminati oleh investor di bidang pertanian